SEO Blog Paling Mantap

adsense

Dalam dunia Blogging, diprioritaskan oleh mesin pencari atau Search Engine adalah merupakan impian  para Blogger. Kenyataannya memang demikian, karena sebagian besar harapan kunjungan pada blog kita adalah datang dari mesin pencari. Kita dapat mendatangkan pengunjung Blog dari mesin pencari dengan melakukan optimasi terhadap blog dengan berbagai macam cara, dengan ketelatenan dan ketekunan maka kita akan dapat mendatangkan pengunjung mulai dari puluhan hingga ratusan ribu pengunjung perharinya. Anda dapat melakukannya secara bertahap, berikut ini langkah awal untuk melakukan optimasi Search Engine terhadap Blog Anda:

1. Konten adalah Raja
Kualitas tulisan yang Anda tulis adalah faktor yang paling penting ketika Anda akan melakukan Search Optimization pada Blog. Saya menduga orang lain akan memiliki pendapat berbeda tantang hal ini,  tapi saya akan sampaikan beberapa pengalaman tentang Search Optmization  blog saya sendiri terhadap  mesin pencari, dan saya menyimpulkan bahwa konten (isi) blog merupakan faktor nomor utama.

konten berkualitas yang membantu orang akan cukup sering menarik pembaca untuk ingin berbagi apa yang telah mereka tulis – tentu saja mereka melakukan hal ini dengan menyampaikan link ke posting Anda dan sering mereka akan melakukannya dengan cara yang membantu peringkat pencarian Anda ( di blog mereka sendiri misalnya).

2. Memahami perilaku pengunjung dalam Search (pencarian)
Setiap kali Anda membuat posting, Anda harus secara otomatis mempertimbangkan kata-kata apa yang  mungkin akan diketik oleh pengguna internet pada mesin pencari untuk menemukan informasi yang mereka butuhkan. Ketika Anda mampu memahami  jenis kata-kata yang mereka gunakan, itu berarti Anda berada dalam posisi yang bagus untuk memposisikan blog Anda terhadap mesin pencari.

3. Judul Judul dan Judul
Ada beberapa hal yang perlu diingat ketika datang ke judul. Google membayar perhatian khusus untuk judul – jadi pastikan Anda mendapatkan mereka benar:

pertama pastikan bahwa cara Anda mengatur blog Anda up menempatkan judul posting Anda di ‘tag judul’ di ujung belakang blog Anda. Ini benar-benar penting.
jika Anda hanya melihat dari perspektif SEO tidak menyertakan nama blog Anda di tag judul posting tunggal. Ini melemahkan kata kunci Anda. Tentu saja jika Anda mencari lebih lanjut di merek termasuk nama blog Anda di tag judul mungkin layak dilakukan.
berikutnya – termasuk kata kunci yang Anda tetapkan di titik # 2 di judul posting Anda
juga, perlu diingat bahwa kata-kata yang Anda gunakan pada awal judul cenderung membawa beban lebih dari kata-kata yang Anda gunakan nanti dalam judul Anda

4. Kata kunci di bagian lain dari posting Anda
Gunakan kata kunci yang Anda diidentifikasi dalam poin # 2 dalam posting Anda juga. Jika Anda ingin Google untuk peringkat Anda untuk istilah atau frasa yang Anda perlu menggunakan istilah atau frase. Menggunakannya dalam sub judul dalam posting Anda (menggunakan tag h di mana Anda dapat), menggunakannya dalam konten itu sendiri, menggunakan kata-kata dalam tag alt gambar dll Jangan pergi ke topik tetapi melakukan menggunakan kata-kata di mana Anda dapat secara alami di pos.

5. Link ke Sendiri Posts Anda
Jangan lebih dari melakukan ini tapi sementara link dari situs lain adalah cara yang bagus untuk meningkatkan peringkat blog Anda sehingga adalah link dari blog Anda. Interlink posting Anda untuk berbagi di mana pembaca dapat menemukan informasi lebih lanjut tentang topik Anda (jika relevan) tetapi juga mempertimbangkan menghubungkan ke posisi kunci di blog Anda dari tempat lain di blog (sidebar, halaman depan dll).

6. Link dari luar Blog Anda
Link dari situs lain dengan Anda adalah kunci dalam SEO tetapi mereka bisa sulit untuk mendapatkan. Mulai menghubungkan ke blog Anda dari situs lain yang Anda miliki atau aktif di. Beberapa (seperti di Twitter) tidak akan menghitung untuk apa-apa banyak karena mereka tidak memiliki-ikuti tag tetapi mereka adalah cara-cara potensial bagi orang untuk mengakses situs Anda dan akan membantu dengan SEO.

Jangan terobsesi dengan mendapatkan link – agak terobsesi tentang menulis konten yang besar dan link umumnya akan datang dalam waktu. Namun jika Anda sudah menulis pos besar yang menurut Anda akan relevan dengan blog lain jangan takut untuk membiarkan blogger atau pemilik website tahu tentang hal itu – mereka hanya bisa menghubungkan.

Juga – perhatikan jenis posting yang menulis Anda yang melakukan dengan baik di mendapatkan situs lain untuk link ke Anda. Anda dapat belajar banyak tentang menghasilkan konten linkable dengan melakukannya dan mungkin hanya mengembangkan teknik yang akan bekerja lagi dan lagi.

7. Plugin
Saya tidak cenderung untuk berbuat banyak untuk bagian belakang blog saya untuk mengubah hal-hal seperti meta tag – tetapi ada beberapa plugin yang baik di sekitar jika Anda menggunakan WordPress yang dapat membantu dengan beberapa hal ini dan yang mungkin memberikan keunggulan kecil . Lihat 9 plugin SEO bahwa setiap Blog WordPress Harus memiliki beberapa saran tentang ini.

8. Pembaca memperanakkan Pembaca
Ini bukan teknik SEO seperti tetapi memainkan peranan. Semakin banyak pembaca Anda memiliki lebih mungkin blog Anda dapat ditemukan oleh pembaca lainnya. Ada ‘bola salju’ hal tertentu yang terjadi di situs dari waktu ke waktu – Anda memiliki pembaca cukup sering momentum tumbuh seperti yang pembaca lulus pada situs Anda kepada orang lain dalam jaringan mereka. Mereka link ke Anda, mereka bookmark Anda, mereka tweet tentang Anda, mereka email teman tentang Anda, mereka blog tentang Anda, mereka menyarankan situs Anda di mesin rekomendasi ….

Tidak semua ini penting dengan SEO tetapi beberapa tidak dan akumulasi dari waktu ke waktu semua pasti membantu untuk tumbuh baik organik dan lalu lintas penelusuran. Saya kira apa yang saya katakan adalah untuk mendapatkan pembaca cara apapun yang Anda bisa – tidak hanya fokus pada ‘SEO’ seperti itu. Ini semua penting.
Firasat saya dengan SEO

Sebelum saya berbagi firasat saya …. saya katakan bahwa saya bukan SEO dan ini bisa menjadi benar-benar salah …. tapi itu firasat bahwa aku sudah untuk sementara waktu sekarang.

Saya sudah melakukan hal blogging ini selama hampir 7 tahun sekarang dan dari apa yang saya lihat tweak bahwa banyak blogger lakukan di blog mereka untuk mengoptimalkan itu tampaknya akan mengalami kurang dan kurang berdampak pada peringkat blog. Jangan salah paham – saya berdiri dengan tips di atas benar-benar dan akan melakukannya sebagai akal sehat minimal – tetapi dari tempat saya duduk Google tampaknya dalam bisnis menemukan informasi terbaik yang mereka bisa untuk pengguna mereka. Mereka tidak selalu benar tapi saya pikir mereka melakukan pekerjaan yang cukup baik.

Sebagai blogger pekerjaan Anda harus memberikan informasi terbaik yang Anda bisa.

Menyerang saya bahwa Google memiliki cara yang semakin meningkat dari bekerja jika informasi Anda baik. Ini bukan hanya tentang apa kata kunci yang Anda miliki atau berapa banyak link yang Anda dapatkan – tapi hari ini mereka sudah Feedburner (tahu berapa banyak orang berlangganan ke blog Anda dan apa yang menghubungkan orang-orang yang meng-klik), mereka memiliki Google Reader (lagi memberi mereka semua jenis data besar), mereka memiliki Gmail, Google Analytics, YouTube dll … ..

Sekarang mereka mungkin atau tidak mungkin menggunakan semua data dalam peringkat mereka dari situs tetapi mereka pasti bisa tahu banyak tentang blog Anda dan posting yang Anda tulis. Ada juga meningkat bicara selama 6 bulan terakhir atau lebih tentang bagaimana mudahnya akan untuk mesin pencari untuk mulai menghasilkan data tentang apa konten yang dibagikan dalam jaringan sosial dan situs bookmark.

Firasat saya adalah bahwa banyak metode SEO tradisional kurang penting (TIDAK relevan meskipun) dan faktor-faktor lain semakin akan ikut bermain. Saya yakin bahwa beberapa akan bekerja cara untuk memanipulasi ini (SEO 2.0?) Tapi semakin jalan untuk mendapatkan peringkat tinggi di Google akan bahwa Anda hanya perlu untuk terus memproduksi konten yang besar dan memastikan bahwa itu bersin keluar ke jaringan Anda.

Membantu proses ini bersama dengan memberikan cara pembaca Anda untuk berbagi konten Anda (dan benih itu ke jejaring sosial) serta menjadi pelanggan.

Introduction Eucheuma Cottonii Seaweed

What is seaweed ?
Seaweed is a plant that grows in the sea. There are thousands of different kinds of seaweed all over the world. Like plants that are grown on land, some seaweeds are also farmed to give you both food and money.
For example sea grapes, known as Nama, is farmed in the Philippines. In Taiwan, glassweed, Lumiwawa, and maidenhair, Lumicevata, are the most commonly farmed seaweeds.
One seaweed species is particularly well known in Sulawesi, Java, Maluku,Madura, etc. Its name Cottonii
In Sulawesi, Eucheuma has been farmed now for several years by coastal villagers. Some of them have been successful and are cultivating seaweed as their main source of income.

What does Eucheuma seaweed look like ?
As you can see from the figure below, Eucheuma has a very characteristic shape.

Photo of a mature Eucheuma plant.(Left)

Eucheuma seaweed can grow in different colors. You can find some plant to be either green or brown. Despite their different colors, these plants give the same end-product.

Eucheuma seaweed has no roots but some of its branches can attach to corals and grow. Even though seaweed grows in all directions, most of its branches grow up toward the sea surface. The branches can grow in many different forms depending where the seaweed is planted. Do not be surprised to see your seaweed looking different during the year.

In the warmer months, your seaweed might grow thick with a few branches only, whereas in the cooler months, you might see plenty of shoots growing. This is because of the lower sea water temperature during winter, together with a moderate water movement and increased amount of plant food in the water.

How fast does seaweed grow ?
Seaweed grows better and faster during the winter season, but it can be successfully grown all year around. Just to give an idea of how fast seaweed grows, imagine that the weight of your seaweed can become 10 times heavier in 6 to 8 weeks. In other words, if you have a 150 gram plant to start, after 6 to 8 weeks that plant will weigh about 1.5 kilograms. Thus, Eucheuma seaweed has a very fast growth; a clear advantage for the farmers!

Photo of a seaweed seed on the left and of a mature plant after 8 weeks growth on the right.
How does Eucheuma seaweed reproduce ?

In the seas where seaweed grows naturally, waves and strong currents occasionally break seaweed branches. These branches, drift away and eventually settle between corals or on sandy sea bottoms. Here, they anchor and start to grow again. A new seaweed patch has been formed. In this way seaweed has spread to many parts of the world.

Because of the way this seaweed reproduces, it is easy for the farmer to cultivate it. The only thing you have to do to grow your seaweed, is to cut the young branches, and re-plant them.

What will be the benefit of farming seaweed for my village ?
Farming seaweed is a new job opportunity for you and your fellow villagers. It will bring money and give you the possibility to improve your standard of living. At the same time, farming seaweed will not stop you from performing other activities such as fishing or cutting copra. You still have plenty of time for those.

If you compare seaweed farming with other activities, you will find out that seaweed can assure you a continuous and constant earning all year around. What other jobs can give you this?

Your wife and the other women of your village will be also benefitting from farming seaweed, in fact for them, working in a seaweed farm will be a rare chance to earn money. Your kids can also participate by helping you prepare the lines, cut raffia strings, tie seaweed seeds, etc. All easy jobs. In other words you will be able to work with your family and enjoy your work.

We would like to bring to your attention another important point. Seaweed farming is not harmful to the environment. Different kinds of fishing have already caused serious damage to the sea. Remember when beche-de-mer were everywhere? Today it seems difficult to find a place with plenty of them. The same happened for a lot of marine species. Seaweed farming will not take away anything from the sea. You are just cultivating it. In fact, places where seaweed is farmed, become a sheltered area for other valuable marine organisms such as beche-de-mer, cockles, sea snails, small fish and many others. So your farming activity
will be of benefit to the sea as well.

Are there any laws I should know about seaweed farming ?
No. Unlike other fishing activities which have size or volume restrictions, seaweed farming is free from any limitations. You can plant and harvest as much as you want. However, you should know that there are some customary traditions concerning the use of land and sea resources.

In Sulawesi, as in other Pacific island countries, the land and sea rights are held by the local villages. In other words, you cannot plant your seaweed anywhere.

If you have intention to start cultivating seaweed, we suggest you seek written permission from the customary owners or whoever holds the rights for the use of the area you have selected. This is very important to avoid friction amongst villages or individuals. We want to work in peace!

In some cases, however, it might happen that you need to settle some disputes with your neighbouring village. The local authority and the Native Fisheries Commission can help you to discuss problems and find solutions.

Please, try your best to avoid unpleasant situations. Find out who holds the rights on the area you choose before you take any step.

How seaweed is used by food and other industries ?Through industrial processing of the seaweed you cultivate, many edible and non-edible items can be made.

The most important component of seaweed, in terms of industrial use, is a substance called carrageenan also commonly known as seaweed flour.

From your dried seaweed, about 25% of the weight is carrageenan. This can be extracted through a complicated industrial process.

Carrageenan, in its semi-refined or refined form, is used to manufacture food items, both for human and animal consumption.

To give you an idea of what can be done with carrageenan, this substance is used in the manufacture of ice cream, chocolates, custards, cake topping and fillings, milk shakes, yogurts, dessert gel, canned foods, fish gel, sauces, and many others. As you can see, it has a large number of applications for a sole chemical substance. But that is not all!

Carrageenan is also used in the manufacture of waterbased paints, toothpastes, lotions, shampoos, and beer. You will also find carrageenan to be an essential component in several pharmaceutical products as well.

In some overseas countries, such as Indonesia and Philippines, Eucheuma seaweed is also eaten raw. People like to eat it fresh in salads. Why don’t you try it? But remember, the main reason for you to cultivate seaweed is not to eat it, but to make money!

Gracilaria And Agar Quality Standards

Gracilaria is the raw material for the agar industry world-wide. Chile is the largest producer of Gracilaria and Japan is the largest producer of agar. World agar production is currently estimated at 10,000 tonnes per annum, about half of which is from Gracilaria. Japan is the largest producer and consumer of agar. Thailand, Malaysia and Indonesia are major importers of agar as shortages of raw materials and technological expertise are a constraint to agar production in these countries. Vietnam can produce a large quantity of seaweeds (Gracilaria) and has an agar industry, but agar quality is not up to standard. As the price of Gracilaria increased year after year, agar also became expensive, both commercial and bacterial grade. In Japan, South Korea and Taiwan, which are top agar producers, labour and land costs were the reason for the increasing the price of agar. These countries switched production to other Asian countries to increase profits.

The annual world production of agar stands at between 7 and 10,000 tonnes per annum, approximately half of which was produced from Gracilaria and the remainder came mainly from Gelidium (Coppen, 1989). The world agar industry basically uses the following seaweeds :

  • 1.    Different species of Gelidium harvested mainly in Spain, Portugal, Morocco, Japan, Korea, Mexico, France, USA, People’s Republic of China, Chile and South Africa.
  • 2.    Gracilaria of different species harvested in Chile, Argentina, South Africa, Japan, Brazil, Indonesia, Philippines, People’s Republic of China (including Taiwan Province), India and Sri Lanka.
  • 3.    Pterocladia capillace from Azores (Portugal) and Pterocladia lucida from New Zealand.
  • 4.    Gelidiella from Egypt, Madagascar and India.

Other seaweeds used include: Ahpheltia plicata from North Japan and the Sakhalin Islands; Acanthopheltis japonica, Ceramiun hypnaeordes and Ceranium boydenii (Armisen and Galatas, 1987). A country breakdown of world agar production is given in Table 1.

Japan is the largest producer of agar in the world and, in 1987, Japan exported 3,729 tonnes of agar to the countries shown in Table 2.

Table 1 World production of agar, 1984 (tonnes).

Gracilaria And Agar Quality Standards
Source: Coppen, 1989

Table 2: Japanese agar exports, 1987.

Gracilaria And Agar Quality Standards
Source: Coppen, 1989

Japan is highly dependent on imported raw material for its agar production and accounts for most of the world trade in agarophytes (Table 3). The total raw material requirement to produce 7,000 tonnes of agar is around 35,000 tonnes of seaweed, which means that almost a third of the seaweed used enters world trade. The dominant position of Chile as a supplier of Gracilaria means mat, including their own domestic production of agar, they are the world’s largest source of Gracilaria derived agar. Chilean sources estimated the 1985 harvest to be almost 16,000 tonnes (dry weight). The majority of this was collected from the wild but 400 tonnes was cultivated.

The need for greater quantities of agarophytes has encouraged Gracilaria cultivation. Seaweed cultivation has only had limited success, however, and there are still problems to be solved before it can be generally adopted. At present, cultivation is used for industrial purposes in the People’s Republic of China and its Taiwan Province and it is now being initiated in Chile.(Armisen and Galastas, 1987).

The production, utilisation and international trade of commercial seaweeds and seaweed products are important for the countries of Asia-Pacific, especially Gracilaria and agar. In the case of Gracilaria the problem is more difficult to solve. The enzymatic hydrolysis of agar occurs spontaneously even at relatively low moisture contents, but at variable rates depending on the Gracilaria species and its origin.

Table 3 Agarophyte (Gracilaria) imports to Japan (tonnes).

Gracilaria And Agar Quality Standards
Source: Coppen, 1989

Gracilaria harvested in India, Sri Lanka, Venezuela, Brazil and generally in warm waters, contains an agar less resistant to enzymatic hydrolysis than the Chilean Gracilaria which is the most stable one known. Nevertheless, the stability of agar contained in Gracilaria is less than that of Gelidium.

The world production of red seaweeds was 1,256,918 metric tonnes in 1992 (Table 4).

Table 4: World production of red seaweeds in 1992.

Gracilaria And Agar Quality Standards
Source: FAO Yearbook of Fishery Statistics, 1992

Marketing of industrial agar is done through trading companies operating from Japan, Europe or the United States, where the most important trading companies are located in the area close to New York. There are, however, different standard specifications as shown in Table 5.
Table 5: Standard specifications of agar for FCC, USP, EEC and FAO
(* negative).

Gracilaria And Agar Quality Standards
Source: Tengtein Y.,and Wattanaoran P., 1989

FCC – Food Chemicals Codex
USP – The United States Pharmacopoeia
EEC – European Economic Countries
FAO – Food and Agriculture Organisation of the United Nations,

It is difficult to get an idea of the prices of commercial agar because the usual trade statistics list agars with different specifications and applications and therefore with different prices, as shown in Tables 6 and 7.

Table 6: Agar Imported and Exported by Japan in 1986 (January – October).

Gracilaria And Agar Quality Standards
Exchange rate: 1 US$ = 154.23 Yen
Source : Armisen and Galatas, 1987

 Table 7: Japanese export/ import, average price for agar in 1986.

Gracilaria And Agar Quality Standards
Exchange rate: 1 US$ = 154.23 Yen
Source : Armisen and Galatas, 1987

 The major parameters of the Japanese Specifications of Processing agar to show the different of qualities of agar, is shown in Table 8. Table 9 shows the chemical composition of Gracilaria.

Table 8: Major parameters of the Japanese Specifications of Processing Agar.

Gracilaria And Agar Quality Standards

Table 9: Chemical composition (%) of Gracilaria.

Gracilaria And Agar Quality Standards
Source: Arasaki, S. and Arasaki, T. 1983

The Asian nations which would participate in the expansion of Gracilaria production and other agar-bearing seaweeds are Thailand, Malaysia and Indonesia. Vietnam can produce a great quantity of Gracilaria and agar, but they are still problems reaching quality standards for agar in the world market. Vietnam will be developing their Gracilaria production and processing in the near future. Japan, South Korea and Taiwan are now looking for joint ventures in other Asian countries to transfer funding and technology for the agar industry because the labour and land costs in their countries were very high. Vietnam would be especially good for investment because of their high production of Gracilaria.

Exporters of seaweed and seaweed products
Marcel Trading Corp., P O Box 241, Manila, Philippines.

REFERENCES

  • Arasaki, S. and Arasaki, T. 1983. Vegetables from the sea to help you look and feel better. Japan Publications Tokyo.
  • Armisen, R. and Galatas, F. 1987. Production, properties and uses of agar. In: M°Hugh, D. J. Production and utilisation-of production from commercial seaweeds. FAO Fisheries Technical Paper.
  • Chandrkrachang, S. and Chinadit, U. 1988. A New Approach to Seaweed Production and Processing. INFOFISH International No.4/88.
  • Coppen, J. J. W. 1989. International Trade in Agar for countries in the Bay of Bengal Region . Songkhla Thailand 23–27 October 1989 BOBP/REP/45
  • International Trade Centre UNCTAD/GATT 1981. Pilot Survey of the World Seaweed Industry and Trade. Geneva, Switzerland:(l 11 Page)
  • FAO, 1992. Yearbook of Fishery Statistic’s, 1992. FAO,Rome.
  • Lima Dos Sandos, C. A., Roessink, G. L., Richards-Rajadural, P. L., Taylor, C. T. and Kano, I. 1988. 
  • Seaweed processing and marketing in Asia/Pacific. Working paper prepared for the :Seventh Session of the IPFC Working Party of Experts on Aquaculture (Bangkok, Thailand, 1–6 August 1988) UNDP/FAO project RAS/84/027.
  • Suo, R. Y. and Qingyin (1992). Laminaria Culture in China. INFOFISH International No./92
  • Tangtein, Y. and Wattanaoran P.(1989) “Standard specifications of agar” in Seaweed production and processing Biopolymer Research Unit Srinakarinwirot University Bangkok Thailand (in Thai).

Negara-Negara Penghasil Rumput Laut Gracilaria Dan Gellidium

Rumput laut bahan baku pembuatan agar-agar (Agarophyte) dihasilkan dari berbagai belahan dunia, termasuk juga di Indonesia. Hingga saat ini Agarophyte dihasilkan dari dua jenis rumput laut yaitu Gellidium dan Gracilaria, kedua jenis rumput laut ini hidup secara luas dilaut baik hidup di perairan dingin maupun panas.
Rmput laut Gelidium hidup tersebar di wilayah geografis yang luas di berbagai negara. Terbesar dihasilkan dari pantai utara Spanyol, bagian tengah hingga ujung selatan pantai Portugal, dan pantai barat Maroko. Dalam jumlah yang lebih kecil ditemukan di Teluk Biscay pantai di sebelah barat daya Perancis. 
Sebelum Perang Dunia Kedua,  Jepang  merupakan sumber utama penghasil Gellidium terbesar di dunia, tetapi kemudian  industrialisasi telah menyebabkan menipisnya stok alam di Negara Sakura ini, dan jumlah hasil panen Jepang saat ini mirip dengan negara-negara penghasil Gellidium lainnya seperti Spanyol dan Maroko. Sementara itu Republik Korea memanen Gellidium untuk kepentingan komersial bagi industri lokal, di daerah sekitar pelabuhan selatan Pusan​​. Di Meksiko, Gelidium dipanen dari pantai Pasifik di daerah Baja California. Untuk jenis Gellidium Spesies air hangat dipanen secara  alami di pantai selatan Jawa, Sumatera dan pulau-pulau lain di Indonesia yang terletak di antara Pulau Jawa dan Timor. Penghasil Gellidium lainnya adalah adalah Chile, China, Prancis dan Afrika Selatan, meskipun jumlahnya tidak terlalu banyak.
Negara-Negara Penghasil Rumput Laut Gracilaria Dan Gellidium
Penjemuran rumput laut Gracilaria di salah satu gudang di Palopo, Indonesia
 Demikian juga dengan rumput laut Gracilaria, Rumput laut yang banyak dibudidayakan di Indonesia di areal tambak ini juga banyak dihasilkan diberbagai Negara, yang hidup sesuai dengan kondisi iklim dan spesies yang berbeda. Di Indonesia banyak dihasilkan didaerah Sulawesi, Jawa dan Bali. Gracilarian juga dihasilkan di Chile selatan dan pantai Atlantik Kanada. Chili adalah Negara yang merintis budidaya secara komersial dari rumput laut Gracilaria dengan menggunakan spesies Gracilaria chilensis, asli pantai selatan yang  mengandung agar berkualitas tinggi. Ada juga Gracilaria liar yang dihasilkan di wilayah Chili. Gracilaria liar juga dihasilkan dari lautan Argentina dan Brazil, meskipun kuantitas kwantitas dan kwalitasnya tidak sebagus Gracilaria asal Chile
Negara China juga memproduksi Gracilaria dalam jumlah yang cukup signifikan, terutama di provinsi-provinsi selatan Guangxi dan Hainan, di tempat ini Gracilaria dibudidayakan di tambak dan muara sungai, Gracilaria juga dibudidayakan di wilayah Taiwan. Sebuah upaya yang lebih terpadu juga telah dilakukan di Viet Nam dalam beberapa tahun terakhir, dengan berbagai spesies Gracilaria yang tumbuh di laguna dan tambak di wilayah utara dan selatan. Di Pantai-wash, Rumput laut  Gracilaria juga  telah dipanen di wilayah Luderitz (Namibia) untuk beberapa tahun belakangan ini. Pada beberapa tahun yang lalu budidaya sukses juga  telah dicapai di Luderitz Bay. 
Sejak Perang Dunia II, rumput laut Gracilaria liar juga diambil dari Saldanha Bay di pantai barat Afrika Selatan. Di Thailand selatan, rumput laut Gracilaria juga telah menjadi sumber pendapatan bagi perempuan yang mengambil Gracilaria  mengambang  dari danau pasang surut dan laguna.

Rumput Laut Bahan Baku Agar-Agar Dan Habitat Hidupnya

Kebanyakan agar- agar diekstrak dari rumput laut spesies Gelidium  dan Gracilaria. Spesies yang mempunyai ke dekatan dengan hal Gelidium adalah spesies Pterocladia,Spesies ini ditemukan di Azores (Portugal) dan Selandia Baru meskipun jumlahnya tidak begitu banyak. Gelidiella acerosa adalah sumber utama agar di India. Spesies Ahnfeltia digunakan di Rusia dan Jepang juga untuk pembuatan agar, di Rusia spesies ini ditemukan di pulau Sakhalin (Rusia).

Sebelum kita membahas lebih lanjut tentang habitat hidup rumput laut yang biasa digunakan sebagai bahan baku pembuat agar-agar, sebagai tambahan pengetahuan akan kita bahas tentang zona laut dimana makhluk hidup laut menggunakannya sebagai tempat  tinggal, termasuk di dalamnya rumput laut.  Pembahasan ini diperlukan untuk menggambarkan dimana keberadaan rumput laut tumbuh.

Dimensi vertikal pantai dibagi menjadi dalam beberapa zona. Istilah umum yang biasa digunakan untuk menggambarkan kondisi ini adalah zona intertidal dan zona subtidal.  Orang sudah familiar dengan pasang surut air laut akan dapat dengan  mudah memahami istilah-istilah ini. Zona intertidal adalah bagian dari pantai yang terletak pada tingkat tertinggi dan terendah  saat  air laut dalam kondisi  pasang. Sedangkan zona subtidal adalah tempat dimana lokasi tersebut berada di bawah garis ketika air laut tingkat air surut.  Kadang-kadang zona intertidal disebut zona pesisir.

Rumput Laut Bahan Baku Agar-Agar Dan Habit Hidupnya
Gellidium, bahan baku pembuat agar-agar
Rumput Laut Bahan Baku Agar-Agar Dan Habit Hidupnya
Gracilaria, rumput laut bahan baku agar-agar yang banyak dibudidayakan di tambak Indonesia

Namun demikian ahli biologi mempunyai sudut pandang yang berbeda,  mereka lebih suka  menggunakan istilah yang mendefinisikan zona dengan apa yang biasanya tumbuh di dalamnya. Sehingga didefinisikan dengan bantuan garis, di mana organisme menerima pembasahan oleh air laut secara tidak teratur , maka pada garis ini disebut sebagai garis zona eulittoral.

 Di bawah garis ini, dimana organisme selalu terendam dalam air dan jarang tidak terkena air, maka zona  ini disebut sebagai garis zona sublittoral. Zona ini tidak selalu bergantung pada tingkat pasang,  batas atas zona eulittoral dibatasi oleh teritip dan batas bawah adalah titik tertinggi di mana ganggang cokelat besar dapat ditemukan tumbuh ditempat ini. Di atas tepi zona eulittoral, di luar teritip, adalah zona yang hanya dicapai oleh percikan ombak  dan ini disebut sebagai pinggiran pesisir.

Habitat hidup Gelidium
Gelidium tumbuh baik pada arus air yang cukup deras, yang berada di zona eulittoral dan sublittoral, tergantung pada spesies Gellidium itu sendiri. Algae ini dapat ditemukan pada kedalaman air mulai dari 2 hingga 20 meter. Gelidium banyak hidup pada daerah berbatu dengan lereng curam, dan jarang ditemukan di dasar laut berlumpur atau berpasir . Gellidium  biasanya akan tumbuh baik pada suhu air pada 15-20 ° C,  namun alga ini masih dapat mentolerir suhu yang lebih tinggi, bahkan juga  dapat bertahan hidup dalam kondisi laut dengan unsure hara rendah dan juga beberapa spesieslainnya mampu beradaptasi dengan salinitas baik rendah maupun tinggi.

Habitat Hidup Gracilaria
Salah satu rumput laut penghasil agar-agar adalah Gracilaria, rumput laut ini biasanya tumbuh di zona eulittoral pada bagian atas zona sublittoral, dengan kondisi dasar perairan terdapat sedimen  berpasir atau berlumpur dan terlindung dari gelombang dengan kondisi air payau. Oleh karena itu di Indonesia rumput laut jenis ini banyak dibudidayakan di tambak. Gracilaria akan tumbuh baik pada temperature antara 15 hingga 30°C. Rumput laut Gracilaria banyak dibudidayakan di wilayah Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Bali NTB dan Jawa.

Proses Dan Cara Pembuatan Tepung Agar-Agar

Sebuah deskripsi singkat dan sederhana dari prosess ekstraksi agar dari rumput laut adalah bahwa, rumput laut dicuci untuk menghilangkan benda asing dan kemudian dipanaskan dengan air selama beberapa jam. Agar-agar larut dalam air dan campuran disaring untuk menghilangkan residu rumput laut.

Filtrat panas didinginkan kemudian akan membentuk gel (jelly) yang berisi sekitar 1 persen agar. Gel diiris menjadi potongan-potongan kecil kemudian dicuci untuk membuang larutan garam, dan jika perlu ditambahkan  pemutih untuk mengurangi warna buram pada agar-agar. Kemudian air akan dipisahkan dari gel, baik dengan proses freez-thaw atau dengan squeezing dengan menggunakan tekanan. Setelah perlakuan tersebut, air yang tersisa dikeringkan dengan  oven. Produk ini kemudian digiling menjadi ukuran partikel yang sesuai dan seragam sesuai keinginan.

Proses Dan Cara Pembuatan Tepung Agar-Agar
Rumput laut Gracilaria kering, bahan baku pembuat tepung agar-agar

Untuk lebih memahami dari proses pembuatan Agar-agar, berikut ini beberapa rincian proses pembuatan dan beberapa masalah penting  yang perlu dijelaskan. Ada beberapa perbedaan dalam perlakuan rumput laut sebelum dilakukan ekstraksi, tergantung pada jenis rumput laut yang digunakan. Untuk rumput laut Gelidium dilakukan pencucian terlebih dahulu untuk menghilangkan pasir, garam, kerang dan benda asing lainnya dan kemudian dimasukkan ke dalam tangki kemudian diekstraksi dengan air panas. Untuk Gracilaria juga dilakukan pencucian, tapi untuk rumput laut jenis ini harus diproses dengan dengan menggunakan alkali sebelum ekstraksi,  pra-perlakuan basa ini akan menyebabkan perubahan kimia pada agar yang dihasilkan dari Gracilaria, perlakuan ini akan membuat peningkatan kekuatan gel  (gel strength) pada agar dari. Tanpa pra-perlakuan alkali ini, rata-rata spesies Gracilaria akan menghasilkan  agar dengan kekuatan gel yang terlalu rendah untuk penggunaan komersial.

Untuk perlakuan alkali, rumput laut dipanaskan dengan menggunakan 2-5 persen natrium hidroksida pada suhu 85-90°C selama 1 jam,  kekuatan penggunaan alkali bervariasi tergantung pada spesies yang akan di ekstraksi dan ditentukan dalam pengujian dalam skala kecil terlebih dahulu. Setelah proses penghilangan alkali, rumput laut dicuci dengan air, kadang juga diperlukan  asam sangat lemah untuk menetralisir sisa alkali.

Untuk ekstraksi dengan menggunakan air panas, Gelidium lebih tahan dengan ekstraksi berada di bawah tekanan (105-110 °C selama 2-4 jam) lebih cepat dan akan menghasilkan yield yang lebih tinggi. Untuk rumput laut Gracilaria biasanya diekstraksi  dengan air pada 95-100 ° C selama 2-4 jam. Selanjutnya dari proses ini adalah sama untuk kedua jenis bahan baku. Filtrat panas disaring dengan  filtrasi kasar untuk menghilangkan residu rumput laut, tambahan alat penyaring ditambahkan kemudian ekstrak ditekan  melalui filter press yang dilengkapi dengan kain saring halus. Ekstrak tersebut dalam kondisi kental dan akan menjadi gel jika dibiarkan dingin, sehingga harus tetap dalam kondisi panas selama proses filtrasi dilakukan.

Selanjutnya Filtrat didinginkan  supaya  terbentuk  gel, kemudian diiris hingga menjadi potongan-potongan kecil. Gel ini mengandung sekitar 1 persen agar. Sisanya sebanyak  99 persen adalah air yang  mengandung garam, bahan pewarna dan karbohidrat larut. Gel dapat ditreatment  dengan pemutih untuk mengurangi warna buram, kemudian  dicuci untuk menghilangkan pemutih, dan kemudian dibiarkan terendam di dalam air sehingga sebagian besar garam dapat hilang  dengan proses osmosis. Air pencucian dibuang  selanjutnya pemisahan  99%  air dari gel.  Ini adalah salah satu dari dua metode yang  digunakan untuk proses pembuatan agar-agar.

Metode asli penghilangan air dari agar adalah proses freeze-thaw. Gel secara perlahan akan membeku sehingga membentuk kristal es besar. Struktur gel dipecah dengan pembekuan sehingga ketika bahan tersebut mencair sebagian besar air menetes dan akan  menyisakan gel yang terkonsentrasi  dan mengandung sekitar 10-12 persen agar (ini berarti sekitar 90 persen kadar air asli telah hilang bersamaan dengan garam, karbohidrat larut dan protein larut yang  tercampur di dalam gel).

Metode lain yang kadang digunakan adalah,  gel ini ditempatkan di antara kain penyaring berpori dan diperas dalam tekan hidrolik untuk menghilangkan lebih banyak air. Namun,  proses ini sangat  lambat, dan biasanya bahan dicairkan secara sederhana, ditiriskan kemudian dimasukkan di dalam oven. Setelah gel menjadi kering, kemudian  digiling dengan ukuran partikel sesuai yang diinginkan, biasanya sekitar 80-100 mesh size. Proses  freeze-thaw ini relatif mahal namun kemudian tekhnologi pembuatan agar-agar terus berkembang dengan ditemukannya tekhnik-tekhnik baru pemisahan gel dan air salah satunya adalah metode alternative dibawah ini.

Proses Dan Cara Pembuatan Tepung Agar-Agar
Alur proses pembuatan tepung Agar-agar

 Metode Alternatif
Dalam proses alternatif yang digunakan  sangat tergantung pada synaeresis.  Synersis adalah istilah yang digunakan untuk mendeskripsikan suatu pemisahan cairan dari gel. Contoh sederhananya  adalah misalnya  selai atau manisan disimpan didalam sebuah stoples dan dibiarkan selama beberapa hari, maka akan terlihat cairan yang menggenang  permukaannya.  Namun dalam  proses pembuatan  agar, untuk mengeluarkan air dari dalam gel digunakan tekanan  untuk mendorong cairan keluar dari dalam gel.

Peralatan yang digunakan  adalah dua pelat logam beralur yang dibagian tengahnya diberikan kain berpori dan agar gel ditempatkan di antara dua kain penyaring, seperti sandwich dengan pelat logam berada di luar, diantara lapisan kain, gel agar-agar berada di tengahnya. Kemudian pelat logam ditekan dari luar dengan tekanan  sangat lambat dan terus meningkat selama sekitar 24 jam. Dengan demikian cairan keluar dari gel melalui lubang kain yang sangat halus, kemudian air keluar melalui alur dari pelat logam  ke saluran pembuangan.

Alat ini terdiri dari sekitar lima puluh unit lapisan “sandwich”  yang semuanya dalam bidang vertikal, semua ditempatkan pada satu ruang yang disusun berjajar kemudian diberikan  tekanan dengan menggunakan alat hidrolik  (Gambar 10). Setelah dilakukan penekanan dalam waktu tertentu, kemudian  tekanan dilepaskan, setelah pelat logam dipisahkan maka akan menyisakan gel yang berada diantara dua kain sekitar 20 persen agar dan pada akhirnya agar diambil dari kain. Setelah itu gel  iris dan dikeringkan dalam oven sebelum digiling dengan ukuran partikel yang diingnkan, biasanya sekitar 80-100 mesh size.

Dengan tanpa refrigeration yang diperlukan, konsumsi energi jelas jauh lebih rendah dibandingkan metode freez-thaw, juga karena lebih banyak air yang telah dipisahkan dan hanya agar yang  tersisa, maka  agar yang dihasilkanpun lebih murni. Metode ini juga membutuhkan  energy  yang relative  kecil dalam proses pengeringan karena air  yang dibuang lebih sedikit. Proses yang  didasarkan pada synaeresis ini telah banyak diadopsi oleh produsen agar-agar dalam skala besar yang mempunyai cukup modal  untuk pengadaan peralatan ini.

Ketersediaan air tawar dalam jumlah besar dan dapat diandalkan adalah merupakan persyaratan utama  untuk pabrik agar-agar. Pengolahan rumput laut Gracilaria membutuhkan lebih banyak air daripada Gellidium. Penggunaan air yang banyak berarti limbah yang dikeluarkan akan lebih banyak sehingga diperlukan daur ulang terhadap limbah yang dikeluarkan oleh proses produksi.

Proses Pembuatan Semi Refined Carraggenan (SRC)

Semi Refined Carrageenan (SRC) adalah produk Karagenan selain Refined Carrageenan dengan kemurnian dibawah Refined Carrageenan. Disebut sebagai Semi Refined Carrageenan karena produk ini belum murni sebagai Karagenan. Metode pembuatannyapun berbeda dengan pembuatan refined carrageenan. Metode pembuatan SRC lebih sederhana dan karagenan tidak  benar-benar diambil dari rumput laut namun masih menyisakan bahan-bahan lain yang terkandung di dalam rumput laut. Bagaimana mmetode pembuatan Semi Refined Carrageenan?, berikut ini dasar-dasar cara pembuatan Semi Refined Carrageenan.

Dalam proses produksi SRC, Rumput laut Kappaphycus alvarezii (Cottonii), ditempatkan di dalam keranjang logam, kemudian dipanaskan dalam larutan alkali kalium hidroksida selama sekitar dua jam. Hidroksida merupakan bagian dari pereaksi yang akan melakukan penetrasi terhadap rumput laut serta akan mengurangi jumlah sulfat dalam karagenan dan meningkatkan 3,6-AG sehingga kekuatan gel dari karaginan dalam rumput laut mengalami perbaikan.

Proses Pembuatan Semi Refined Carraggenan (SRC)
Rumput Laut Eucheuma Cottonii yang telah melalui proses pencucian

Kalium juga merupakan bagian dari pereaksi yang akan terkombinasi  dengan karagenan dalam rumput laut untuk menghasilkan gel dan hal ini akan mencegah karagenan itu sendiri  larut dalam larutan panas. Namun demikian proses ini akan menyebabkan protein soluble dan  karbohidrat akan terkuras habis dari rumput laut ketika berlangsung proses produksi.
  .
Residu, yang masih terlihat seperti rumput laut, dicuci beberapa kali untuk menghilangkan alkali dan apa saja yang dapat larut dalam air. Setelah itu dilakukan penjemuran,  setelah sekitar dua hari rumput laut dicincang dan dimasukkan ke pabrik untuk digiling untuk dibuat menjadi tepung yang kemudian dijual sebagai SRC atau tepung rumput laut.

Namun dalam proses ini tepung tidak bisa menjadi putih dan biasanya berwarna krem dan masih mengandung bakteri dalam jumlah banyak dan tidak cocok untuk dikonsumsi manusia. Produk ini  kemudian banyak digunakan sebagai  makanan binatang (pet food) yang dikemas dalam kaleng,  karena merupakan  agen gelling yang baik dan jauh lebih murah daripada karagenan halus. Suhu yang digunakan dalam proses pengalengan mampu membunuh  bakteri sehingga jumlah bakteri yang banyak  didalam  SRC masih aman dikonsumsi oleh binatang.

Proses Pembuatan Semi Refined Carraggenan (SRC)
Bagan proses pembuatan Semi Refined Carrageenan

Kadang-kadang produk kering hanya dipotong-potong dan tidak digiling, dan dijual sebagai bahan baku untuk untuk pembuatan Refined Carrageenan yang  disebut sebagai  Alkali Treated Cottonii (ATC) atau  Alkali Treated Cottonii Chips (ATCC), atau bahkan hanya cottonii yang berupa Chips. Jika proses ini dilakukan di negara asal rumput laut, seperti Filipina atau Indonesia, ini berarti prosesor di Eropa dan Amerika Serikat atau Negara lainnya akan menanggung  biaya transportasi yang lebih murah per ton karaginan, dibandingkan dengan pengiriman rumput laut kering. Prosesor juga akan mengeluarkan biaya lebih murah terkait dengan limbah produksi, yang secara otomatis akan mengurangi biaya pengolahan limbah.

Kappaphycus alvarezii adalah jenis rumput laut yang didigunakan dalam proses ini karena mengandung  karagenan kappa yang tinggi dan merupakan karagenan yang  membentuk gel dengan garam kalium. Karagenan Iota yang dibuat dari rumput laut Spinossum juga dapat diolah dengan metode ini, meskipun pasar untuk iota karaginan secara signifikan lebih kecil dibandingkan dengan kappa karagenan. Lambda karagenan tidak dapat  membentuk gel dengan kalium serta akan larut dan hilang selama treatment dengan menggunakan  alkali.

Kesederhanaan dalam proses pembuatan SRC membuat biaya produksi lebih murah sehingga harga produknyapun juga jauh lebih murah daripada Refined Carrageenan. Tidak melibatkan Alkohol yang harus dipulihkan, tidak ada peralatan distilasi untuk memurnikan alkohol, tidak ada peralatan untuk membuat gel, tidak ada pendingin untuk membekukan gel, maupun perangkat mahal untuk memeras air dari gel.

Proses Pembuatan Refined Carrageenan

Refined Carrageenan adalah Carrageenan asli dan sampai akhir 1980-an dan awal 1970-an hanya disebut sebagai karagenan. Sekarang kadang-kadang disebut sebagai karagenan tersaring .  Bahan baku pembuat karagenan pada awalnya adalah Chondrus crispus, tapi saat ini telah berkembang dengan ditemukannya rumput laut dari jenis lain yang dapat digunakan sebagai bahan baku karagenan

Secara garis besar proses pembuatan Refined Karagenan adalah sebagai berikut;  pertama kali rumput laut dicuci untuk menghilangkan pasir, garam dan benda asing lainnya. Setelah itu rumput laut dipanaskan dengan air yang mengandung alkali, seperti natrium hidroksida, selama beberapa jam, dengan waktu tergantung pada rumput laut yang diekstraksi dan ditentukan oleh uji coba dalam skala kecil sebelumnya, atau pengalaman sebelumnya.

Proses Pembuatan Refined Carrageenan
Rumput laut Eucheuma Cottonii dalam penjemuran, bahan pembuat Carrageenan (Carrageenophytes)

Penggunaan  Alkali  dalam prosess ini karena Alkali akan menyebabkan perubahan kimia yang mengarah kepada peningkatan  kekuatan gel  pada produk akhir. Dalam istilah kimia, hal ini akan mampu menghilangkan beberapa kelompok molekul sulfat  dan meningkatkan pembentukan 3,6-AG lebih dari yang terakhir,  dan gel yang dihasilkan akan semakin  kuat.

Rumput laut yang tidak larut dihilangkan dengan sentrifugasi atau filtrasi kasar, atau kombinasi keduanya. Larutan tersebut kemudian disaring lagi dengan menggunakan filter press  yang akan membantu  mencegah kain saring menjadi terhalang oleh partikel gelatin halus. Pada tahap ini, larutan tersebut mengandung 1hingga 2 persen karagenan dan ini biasanya akan terkonsentrasi menjadi 2-3 persen melalui destilasi vakum dan ultrafiltrasi.

Prosesor  ini  akan menghasilkan larutan karagenan bening , dan ada dua metode untuk membuatnya menjadi  padat dan agak mirip dengan proses produksi agar-agar.  Metode pengendapan dengan alkohol   dapat digunakan untuk proses pembuatan karagenan. Sementara itu metode gel hanya  dapat digunakan untuk proses pembuatan kappa-karagenan saja, proses dehidrasi gel dapat dilakukan  dengan metode  squeezing  atau dengan menggunakan metode proses freeze-thaw.

Dalam metode alkohol, isopropanol ditambahkan sampai semua karaginan yang mengendap menjadi  koagulum yang berserat yang kemudian dipisahkan dengan menggunakan centrifuge atau  saringan halus.  Koagulum dilakukan pengepressan untuk menghilangkan pelarut dan dicuci dengan alkohol lebih banyak untuk proses dehidrasi lebih lanjut,  kemudian dikeringkan dan digiling dengan ukuran partikel  sesuai dengan yang diinginkan, mesh 80 atau lebih halus llagi. Untuk proses yang  lebih ekonomis alkohol harus dipulihkan, baik dari cairan, pengering, maupun proses  daur ulang.

Proses Pembuatan Refined Carrageenan
Proses produksi Refined Carrageenan

Metode gel bergantung pada kemampuan kappa karagenan untuk membentuk gel dengan garam kalium. Gel dapat dibentuk dengan berbagai cara. Untuk proses freeze-thaw akan lebih mudah terbentuk seperti potongan spaghetti dengan cara melakukan pressing larutan karagenan melalui lubang-lubang halus ke dalam larutan kalium klorida. Potongan halus mirip spaghetti  ditampung dan dicuci dengan  kalium klorida dalam jumlah banyak untuk menghilangkan lebih banyak air, setelah dilakukan pressing  untuk menghilangkan kelebihan cairan, maka akan diperoleh larutan beku.

Ketika dicairkan, pemisahan antara air dan karagenan akan terjadi berdasarkan synaeresis, kemudian potongan-potongan tersebut dicuci dengan kalium klorida lebih banyak, kemudian dihancurkan dan dikeringkan dalam alat pengerng.  Mau tidak mau produk tersebut masih mengandung  kalium klorida.
 Alternatif lain freeze-thaw adalah  memaksa air keluar dari gel dengan memberikan tekanan, dengan menggunakan peralatan yang sama dengan yang digunakan untuk pembuatan agar. Setelah dilakukan squeezing  selama beberapa jam lembaran gel dicincang, kemudian dikeringkan dalam pengering dalam mesin pengering, kemudian digiling dengan ukuran partikel yang sesuai. Banyak prosesor agar, sekarang menggunakan peralatan yang sama dan teknik yang mirip untuk menghasilkan kappa karagenan.

Negara-Negara Penghasil Rumput Laut Bahan Baku Karagenan (Carrageenophytes)

Industri pengolahan rumput laut menggunakan beberapa jenis rumput laut dalam pembuatan karagenan. Ada beberapa metode yang digunakan dalam ekstraksi rumput laut untuk menghasilkan karagenan,  Meskipun  menggunakan metode yang berbeda namun tujuannya sama yaitu memisahkan karagenan dan zat-zat lain yang terkandung dalam rumput laut.

Di dunia ini  terdapat berbagai macam jenis rumput laut yang merupakan bahan dasar pembuatan karagenan atau biasa disebut sebagai Carrageenophytes, rumput laut tersebut sebagian dipanen dari alam dan sebagian lainnya telah dibudidayakan. Indonesia adalah salah satu Negara yang telah melakukan budidaya Carrageenophytes dari jenis Kappapicus Alavarezii dan Spinossum

Kappaphycus alvarezii (Cottonii) dan Eucheuma denticulatum (Spinossum) awalnya  diambil dari alam, dua jenis jenis rumput laut ini tumbuh secara alami di Indonesia dan Filipina. Pada 1970-an, budidaya dimulai di kedua negara ini dan sekarang Indonesia dan Philipina menjadi pememasok sebagian besar spesies ini ke seluruh dunia, dan saat ini hanya spinossum yang dipanen dari alam sedangkan Cottonii dihasilkan dari lahan budidaya.  Selanjutnya budidaya Carrageenophytes menyebar ke negara-negara lain, dan tercatat yang paling berhasil dalam membudidayakan rumput laut ini adalah Negara  Tanzania (Zanzibar), Viet Nam dan beberapa Kepulauan Pasifik, seperti di Kiribati. Betaphycus gelatinum liar dipanen terutama di pulau Hainan, China, Taiwan dan Filipina.

Negara-Negara Penghasil Rumput Laut Bahan Baku Karagenan (Carrageenophytes)
Rumput Laut kering bahan baku pembuat Karagenan

Crispus Chondrus dipanen untuk produksi karagenan di Kanada (Nova Scotia dan Prince Edward Island), Amerika Serikat (Maine dan Massachusetts) dan Perancis.

Gigartina skottsbergii, Sarcothalia crispata dan Mazzaella laminaroides semua dipanen dari alam di laut Chili, terutama Chili tengah di Valparaiso hingga Pulau Chiloe.

Gigartina skottsbergii banyak diambil  dari laut Argentina.

Gigartina canaliculata dipanen dari laut Meksiko (Baja California), yang terdapat di selatan  Ensenada hingga Punta San Antonio. Hypnea musciformis banyak dihasilkan di sepanjang  garis pantai Brazil, namun produksinya tidak menentu.

Industri Karagenan membutuhkan sekitar 13 persen dari rumput laut kering yang digunakan setiap tahunnya,  untuk produksi karagenan berbahan baku Gigartina. Rumput laut Gigartina sendiri mengandung lambda karaginan dan sedikit kappa karagenan.  Sementara  itu 1000 – 2000 ton berasal dari sumber yang lebih tua, seperti Perancis dan Kanada, dan lebih dari 90 persen saat ini berasal dari laut Chili.

Di Chile sebagian besar bahan baku pembuat Karagenan berasal dari alam dan masih sangat sedikit yang dibudidayakan. Agarophytes yang diambil dari laut Chili adalah dari jenis Gigartina skottsbergii. Rumput laut ini tumbuh di sepanjang laut Puerto Montt  hingga Puenta Avenas.

Sejauh ini mungkin kita beranggapan bahwa rumput laut penghasil Karagenan hanyalah Eucheuma Cottonii dan Eucheuma Spinossum saja, karena di Indonesia sejauh ini hanya dari dua jenis rumput laut ini yang digunakan sebagai bahan baku karagenan, namun sebenarnya ada banyak jenis rumput laut lain yang juga dapat digunakan sebagai pembuat Karagenan. Tuhan telah, menebarkan kasih sayangNya pada setiap lingkungan dimana manusia berada dengan cara yang berbeda, termasuk memberikan perbedaan jenis rumput laut pada kondisi alam yang berbeda.

Jenis-Jenis Rumput Laut Penghasil Karagenan Dan Habitat Hidupnya

Rata-rata  karagenan diekstrak dari rumput laut jenis Kappaphycus alvarezii dan Eucheuma denticulatum. Sumber asli dari karagenan pada awalnya adalah Chondrus crispus, dan rumput laut jenis  ini masih digunakan sampai batas tertentu hingga saat ini. Jenis rumput Betaphycus gelatinum juga digunakan untuk jenis dai karagenan  tertentu.  Beberapa spesies rumput laut asal  Amerika Selatan yang sebelumnya hanya digunakan sampai batas tertentu saja, sekarang memperoleh keuntungan dari  produsen karagenan karena mereka memperoleh diversifikasi  lebih terhadap spesies yang tersedia bagi mereka dan jenis karagenan yang dapat diekstraksi.

Gigartina skottsbergii, Sarcothalia crispata dan Mazzaella laminaroides saat ini merupakan spesies yang paling berharga, semua jenis rumput laut itu dihasilkan dari sumber daya alam di Chili. Sejumlah kecil dari Gigartina canaliculata dihasilkan dari  Meksiko. Sementara itu rumput laut jenis Musciformis Hypnea banyak  digunakan di Brasil.

Selama beberapa tahun terakhir sebagian besar rumput laut ini telah direklasifikasi oleh ahli biologi laut karena mereka mendapatkan pengetahuan lebih tentang struktur rumput laut yang berbeda-beda. Jika Anda adalah orang yang sangat memperhatikan masalah yang terkait dengan spesies rumput laut maka selayaknya Anda hafal terhadap reklasifikasi dibawah ini.

  •  Betaphycus gelatinum direklasifikasi dengan nama Eucheuma gelatinae.
  •  Chondrus crispus tetap tidak berubah, dan umumnya dikenal sebagai “Irish Moss.”
  • Eucheuma cottonii direklasifikasi dengan nama Kappaphycus alvarezii, dan nama komersialnya adalah  “cottonii”.
  • Eucheuma gelatinae direklasifikasi dengan nama Betaphycus gelatinum.
  • Eucheuma spinosum direklasifikasi dengan nama Eucheuma denticulatum dan nama komersial adalah  “spinosum”.
  • Gigartina canaliculata tetap dan tidak berubah.
  • Gigartina skottsbergii tetap dan tidak berubah.
  • Gigartina stellata, direklasifikasi dengan nama  Mastocarpus stellatus.
  • Hypnea musciformis tetap tidak berubah.
  • Iridaea ciliata direklasifikasi dengan nama Sarcothalia crispata.
  • Iridaea laminaroides direklasifikasi dengan nama Mazzaella laminaroides.
  • Iridaea laminaroides direklasifikasi dengan nama Mazzaella laminaroides
  • Iridaea ciliate direklasifikasi dengan nama  Sarcothalia crispate

Habitat Alami
Masing-masing rumput laut tersebut diatas juga mempunyai habitat hidup yang berbeda dalam pertumbuhannya.

Jenis-Jenis Rumput Laut Penghasil Karagenan Dan Habitat Hidupnya

 Kappaphycus alvarezii  hidup pada  zona sublittoral, dari  bawah garis air laut surut, daerah karang di pasir-coral  ke substrat  berbatu di mana di zona tersebut kondisi aliran air lambat sampai sedang.

Jenis-Jenis Rumput Laut Penghasil Karagenan Dan Habitat Hidupnya

Eucheuma denticulatum berkembang pada daerah berpasir-coral  ke substrat berbatu di daerah yang secara  terus-menerus terkena ombak yang moderat dan arus air yang kuat.

Jenis-Jenis Rumput Laut Penghasil Karagenan Dan Habitat Hidupnya

Betaphycus gelatinum (Gambar 35) tumbuh di daerah berbatu, substrat coral, biasanya berada pada beberapa meter dari tepi karang, di mana ia terkena  gelombang kuat dan turbulensi air laut.

Jenis-Jenis Rumput Laut Penghasil Karagenan Dan Habitat Hidupnya

Chondrus crispus  tumbuh  biasanya tumbuh di pinggiran pesisir hingga kedalaman  20 m di bawah air terendah rata-rata, tergantung pada aktifitas  gelombang, transparansi sinar matahari dan struktur berbatu disekitarnya. Biasanya banyak ditemukan dalam jumlah besar pada air rendah pada zona pertengahan sublittoral.  Rumput laut jenis ini akan tumbuh baik pada tepian batu yang stabil dan batu-batu besar berkontur  horisontal,  tumbuh tidak begitu baik pada batuan-batuan kecil atau batu sedimen tertutup. Saat pertumbuhan terbaiknya adalah di akhir musim semi dan musim panas dan pada saat musim dingin pertumbuhannya tidak banyak.

Jenis-Jenis Rumput Laut Penghasil Karagenan Dan Habitat Hidupnya

Gigartina skottsbergii  tumbuh di daerah sublittoral pada kedalaman 9-15 m. Yang terbaik tumbuh pada  musim panas

Jenis-Jenis Rumput Laut Penghasil Karagenan Dan Habitat Hidupnya

Sarcothalia crispata ditemukan pada zona eulittoral ke sublittoral, hingga kedalaman 10 m.

Mazzaella laminaroides tumbuh di zona eulittoral pada zona gelombang terpajan, juga di muara.

Jenis-Jenis Rumput Laut Penghasil Karagenan Dan Habitat Hidupnya
Jenis-Jenis Rumput Laut Penghasil Karagenan Dan Habitat Hidupnya

Gigartina canaliculata dan Hypnea musciformis banyak tumbuh  di zona eulittoral.